Sabtu, 13 November 2010

SENSORIK DAN MOTORIK (KERJA SYARAF DAN OTOT

SENSORIK DAN MOTORIK (KERJA SYARAF DAN OTOT”.

Faridatul Maghfiroh

Jurusan Biologi, fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Brawijaya

Malang, 2010

Sistem saraf yang pada manusia dibagi atas beberapa bagian dengan unit-unit terkecil yang disebut neuron (sel saraf). Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dua titik sentuh pada dua permukaan kulit. Hasil yang didapat pada persepsi dua titik sentuh adalah probandus gemuk, baik pada wanita ataupun laki-laki, merasakan dua titik sentuh menjadi satu jarak yang lebih panjang daripada probandus kurus, baik probandus laki-laki ataupun wanita. Sedangkan pada uji reaksi adalah probandus yang berkacamata dengan jenis kelamin laki-laki memiliki kecepatan reaksi lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang berkacamata dan laki-laki dengan penglihatan normal. Sedangkan pada wanita yang memiliki penglihatan normal memiliki respon lebih cepat dibandingkan probandus-probandus lainnya. Sedangkan pada uji knee jerk adalah semua probandus mengalami gerak reflek ketika tempurung lutut diketuk.

Kata kunci: Persepsi, probandus, saraf.

PEMBAHASAN

1. Uji Persepsi Dua Titik Sentuh

a. Analisa Prosedur

Langkah awal yang ditentukan adalah penentuan probandus, dimana probandus dibedakan atas jenis kelamin dan ukuran tubuh. Antara lain: Gemuk laki-laki, gemuk wanita, kurus laki-laki, dan kurus wanita. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan persepsi dua titik sentuh pada masing-masing probandus, dengan ketentuan gemuk laki-laki, gemuk wanita, kurus laki-laki, dan kurus wanita. Selanjutnya, dilakukan penekanan terhadap permukaan kulit dengan menggunakan tusuk gigi pada saat yang bersamaan. Kemudian diamati apakah probandus merasakan dua atau satu titik sentuh dengan jarak antar titik sentuh yang berbeda. Jarak yang digunakan adalah 5, 10, 50, dan 100 mm. Hal ini dilakukan pada ibu jari, jempol kaki, lengan atas, betis, dan punggung. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui jarak persepsi titik sentuh pada sel syaraf yang terdapat pada permukaan tubuh.

b. Analisa Hasil

Table 1: jarak titik sentuh probandus

Sex

Probandus

Jarak titik sentuh (mm)

Ibu jari

Jempol kaki

Lengan atas

betis

punggung

Gemuk

10

50

30

60

50

Kurus

10

50

10

50

60

Gemuk

50

50

50

50

50

Kurus

5

5

50

50

50

Keterangan: ♂ = laki-laki, ♀ = Perempuan

Berdasarkan data yang telah didapatkan pada percobaan minggu lalu jika dirata-rata, maka probandus gemuk, baik pada wanita ataupun laki-laki, merasakan dua titik sentuh menjadi satu jarak yang lebih panjang daripada probandus kurus, baik probandus laki-laki ataupun wanita. Hal itu menunjukkan bahwa banyaknya lemak dalam tubuh dan besarnya otot seseorang berpengaruh terhadap persepsi sentuh. Hal tersebut terbukti bahwa perut, betis dan punggung dari laki-laki gemuk memiliki jarak titik sentuh yang besar. Demikian halnya dengan perempuan. Suatu persepsi titik sentuh dapat terjadi disebabkan karena fungsi dari indra peraba yang disebut dengan kulit. Di sini, kulit berfungsi sebagai untuk menanggapi rangsangan-rangsangan yang masuk. Rangsangan-rangsangan tersebut dapat berupa panas, dingin, tekanan, sentuhan, serta rasa nyeri. Reseptor pada kulit yang menerima rangsang disebut turgo reseptor (Pearce, 1991).

Mekanisme respon saraf diawali dengan penerimaan rangsangan, karena pada dasarnya, sistem saraf adalah salah satu bagian yang menyusun sistem koordinasi yang bertugas menerima rangsangan, menghantarkan rangsangan ke seluruh bagian tubuh, dan memberikan respons terhadap rangsangan tersebut. Rangsangan akan diterima oleh indera, kemudian rangsangan-rangsangan tersebut akan diolah oleh saraf pusat yang kemudian akan diteruskan untuk menanggapi rangsangan tersebut. Rangsangan dapat berasal dari luar tubuh (eksternal) misalnya suara, cahaya, bau, panas, dingin, manis, pahit dan sebagainya. Sedangkan rangsangan yang berasal dari dalam tubuh disebut juga rangsangan internal, misalnya rasa haus, lapar, dan nyeri (Fox, 2004).

Menurut Cambell (2005) bahwasanya pada kulit, terdapat lapisan pada dermis yang dinamakan turgo reseptor, sehingga respon syaraf pada kulit diawali dari turgo reseptor. Rangsang yang diterima oleh reseptor tersebut kemudian diteruskan menuju neuron sensorik dan menuju ke otak. Otak menerima informasi mengenai jenis rangsang (tekanan, sentuhan, panas, dan dingin). Setelah menerima suatu rangsangan atau impuls, maka impuls kemudian diteruskan oleh syaraf motorik hingga akhirnya seseorang dapat mengatakan mengenai rasa sentuhan yang dialami (Campbell, 2005).

Mekanoreseptor terjadi akibat gerakan, sedangkan termoreseptor akan bereaksi terhadap suhu cahaya. Foto reseptor akan bereaksi terhadap cahaya mata, dan kemoreseptor akan bereaksi karena adanya rangsangan kimia dalam tubuh. Keempat system tersebut merupakan pembagian dari tipe reseptor berdasarkan stimuli energy yang ditransduksikan (Fox, 2004).

Respon simpatis kulit dipelajari pada pasien stroke hemisferik dan batang otak. Kucera dkk. (2008) menemukan pemanjangan latensi dan penurunan amplitudo respon simpati kulit bilateral pada 24 pasien dengan stroke iskemik regio vaskularisasi arteri serebri media tanpa adanya bukti lateralisas, dimana respon simpati kulit bilateral pada stroke batang otak dan abnormalitas lebih signifikan pada sisi kontralateral (Kucera, dkk. 2008).

Sistem saraf yang pada manusia dibagi atas beberapa bagian dengan unit-unit terkecil yang disebut neuron (sel saraf). Neuron yang terdapat dalam tubuh manusia memiliki jumlah trilyunan. Neuron merupakan sel yang mempunyai kemampuan menerima impuls dan menghantarkan impuls. Pada dasarnya, sel-sel neuron tidak mengalami pembelahan sel sehingga neuron tidak dapat diganti ketika rusak. Neuron memiliki tiga bagian, antara lain: badan sel, dendrite, dan akson. Badan sel merupakan organel yang terdiri atas inti sel (nukleus), anak inti sel (nukleolus) dan sitoplasma yang mengandung substansi kromatik yaitu badan Nissl serta serabut halus pada badan neuron yang disebut neurofibril. Sedangkan dendrite merupakan serabut pendek yang bercabang dan merupakan tonjolan dari sitoplasma pada badan sel. Di dalam dendrit terdapat badan Nissl dan mitokondria. Dendrit disini berperan untuk menghantarkan impuls ke badan sel. Dan akson merupakan serabut panjang dari badan sel yang memiliki fungsi untuk menghantarkan impuls dari badan sel menuju ujung akson. Akson memiliki serabut yang tipis dan berbentuk panjang dan didalamnya terdapat mitokondria dan neurofibril. Pada akson tidak terdapat badan Nissl sehingga tidak terlibat dalam sintesis protein. Akson diselubungi oleh myelin yang berupa substansi lemak berwarna putih kekuningan, selubung ini berfungsi sebagai isolator yang melindungi akson terhadap tekanan dan luka, serta memberi nutrisi pada akson dan mempercepat jalannya impuls (Mas’ud, 2000).

Gambar 1. Struktur Neuron (Hipusa, 2001).

Neuron terdiri dari 3 bagian berdasarkan fungsinya, antaralain neuron sensorik, neuron motorik, dan neuron konektor (interneuron). Neuron sensorik adalah sel saraf yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari reseptor (alat indera) menuju ke otak atau sumsum tulang belakang. Sedangkan neuron motorik merupakan sel saraf yang berfungsi untuk membawa impuls dari otak atau sumsum tulang belakang menuju ke efektor (otot atau kelenjar dalam tubuh). Neuron ini disebut neuron penggerak karena neuron motorik memiliki dendrite yang berhubungan dengan akson lain sedangkan aksonnya berhubungan dengan efektor yang berupa otot atau kelenjar. Neuron konektor merupakan neuron berkutub banyak (multipolar) yang memiliki banyak dendrit dan akson. Neuron konektor berfungsi untuk meneruskan rangsangan dari neuron sensorik ke neuron motorik. Neuron ini disebut neuron penghubung atau perantara karena ujung dendrit neuron yang satu berhubungan dengan ujung akson neuron yang lain (Fox, 2004).

Gambar 2. Macam-macam neuron (Hipusa, 2001).

2. Uji Reaksi

a. Analisa Prosedur

Langkah awal yang ditentukan adalah penentuan probandus, dimana probandus dibedakan atas jenis kelamin dan kenormalan mata. Antara lain: laki-laki bermata normal, laki-laki bermata minus, wanita bermata normal, dan laki-laki bermata minus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecepatan reaksi terhadap penglihatan warna antara masing-masing probandus, sehingga dapat diketahui pengaruh jenis kelamin dan kelainan penglihatan pada mata. Pada uji ini dilakukan dengan menekan tombol sesuai dengan lampu yang menyala.

b. Analisa Hasil

Table 2: kecepatan respon dengan reaction test

Perulangan

Kecepatan reaksi (detik)

Laki-laki (♂)

Perempuan (♀)

berkacamata

Normal

Berkacamata

Normal

1

0,60

0,657

0,64

0,53

2

0,66

0,64

0,51

0,46

Berdasarkan data hasil percobaan yang telah didapatkan, diketahui bahwa probandus yang berkacamata dengan jenis kelamin laki-laki memiliki kecepatan reaksi lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang berkacamata dan laki-laki dengan penglihatan normal. Sedangkan pada wanita yang memiliki penglihatan normal memiliki respon lebih cepat dibandingkan probandus-probandus lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kelainan dalam penglihatan tidak mempengaruhi kecepatan respon.

Bayangan benda tidak terlihat pada jarak tertentu, karena pembiasan cahaya dari benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina, karena cahaya yang jatuh pada bagian ini tidak mengenai sel-sel batang dan sel-sel kerucut sehingga tidak terdapat impuls yang diteruskan ke saraf optik yang pada akhirnya akan menyebabkan tidak dapat melihat. Sebaliknya, jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, maka bayangan benda tersebut akan terlihat (Fox, 2004).

Gambar 3. Anatomi Mata (Doctorology, 2009).

Persepsi warna merupakan suatu aspek dari penglihatan visual yang dapat membuat seseorang untuk membedakan dua struktur bidang bebas dan pandangannya terhadap suatu bentuk dan ukuran yang disebabkan oleh perbedaan dalam komposisi spektal dan pancaran energi yang diamati (Pearce dan Evelyn, 2005). Warna merupakan sebuah persepsi visual yang memiliki kategori warna, seperti merah, hijau, biru dan lain-lain. Warna berasal dari spektrum cahaya yang berinteraksi di mata dengan sensitivitas spektral dari reseptor cahaya, kategori warna dan spesifikasi fisika warna juga berkaitan dengan benda, bahan, sumber cahaya, dll. Karena persepsi warna berasal dari berbagai sensitivitas dari berbagai jenis sel kerucut dalam retina ke bagian-bagian yang berbeda spektrum, warna dapat didefinisikan dan diukur oleh derajat yang dapat merangsang sel-sel ini. Setelah melihat warna-warna yang terang, dan kemudian melihat pada kertas putih maka otak akan menerima rangsangan tersebut, dan akan menyimpan memori warna tersebut, sehingga ketika melihat objek lain yang memiliki warna putih maka bentuk yang dilihat sebelumnya akan membentuk bayangan pada objek putih tersebut (Noback dan Demarest, 1982).

3. Knee Jerk

a. Analisa Prosedur

Langkah awal yang ditentukan adalah penentuan probandus, dimana probandus dibedakan atas jenis kelamin dan ukuran tubuh. Antara lain: Gemuk laki-laki, gemuk wanita, kurus laki-laki, dan kurus wanita. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan respon pada masing-masing probandus, dengan ketentuan gemuk laki-laki, gemuk wanita, kurus laki-laki, dan kurus wanita.

Percobaan knee jerk ini dilakukan dengan mengetukkan alat pada tempurung lutut. namun probandus dialihkan perhatiannya terlebih dahulu sebelum alat tersebut diketukkan. Hal itu bertujuan supaya probandus tidak terkonsentrasi pada lututnya sehingga reflek probandus dapat diketahui. Probandus duduk dengan kaki menggantung agar ketika terjadi gerak reflek, kaki tidak tertahan.

b. Analisa Hasil

Berdasarkan data yang data hasil percobaan yang diperoleh, diketahui bahwa semua probandus mengalami gerak reflek ketika tempurung lutut diketuk. Hal itu menunjukkan bahwa semua probandus masih memiliki respon motorik yang normal. Namun data ini merupakan data kualitatif, yang mana tidak diketahui prosentase kecepatan respon masing-masing probandus. Bisa jadi, jika percobaan ini dilakukan pengamatan secara kuantitatif akan memiliki berbeda-beda.

Ada dua macam gerakan yang sering terjadi, yaitu gerak sadar dan gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalur panjang, yaitu diawali dengan reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, yang kemudian hasil olahan dari otak yang berupa respon akan dibawa oleh saraf motor yang harus dikerjakan oleh efektor. Gerak refleks akan berjalan sangat cepat dan tanggapan akan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk (Mas’ud, 2000).

Impuls pada gerak refleks akan melalui jalan pendek yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, yang mana rangsangan ini akan diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan menjadi refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut ( Mas’ud, 2000).

Gambar 4. Lengkung refleks yang menggambarkan mekanisme jalannya impuls pada lutut yang dipukul (Hipusa, 2001).

Gerak sadar merupakan gerak yang mekanisme kerjanya diatur dan dikendalikan oleh gerak motorik. Gerak sadar dilaksanakan oleh otak sadar yang berpusat pada korteks otak. Rangsang yang diterima oleh reseptor diteruskan menuju syaraf sensorik. Impuls yang diterima syaraf sensorik berakhir di otak untuk penyampaian informasi. Informasi tersebut akan diolah dan akan diteruskan ke neuron motorik hingga ke efektor (Mas’ud, 2000).


PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan minggu lalu, maka dapat disimpulkan bahwa permukaan kulit manusia memiliki reseptor yang berupa titik sentuh. Pada praktikum ini persepsi dua titik sentuh dipengaruhi oleh bentuk otot dan banyaknya lemak yang terkandung dalam tubuh. Kecepatan respon penglihatan terhadap warna tidak dipengaruhi oleh kenormalan penglihatan, namun oleh tingkat konsentrasi seseorang. Respon syaraf dapat diuji dengan knee jerk yang merupakan suatu teknik uji untuk mengetahui gerak reflek pada seseorang.

2. Saran

Sebelum dilaukan percobaan ini, hendaknya praktikan sudah mempelajari mekanisme kerja yang akan dilakukan, sehingga praktikum ini akan menjadi sarana untuk meningkatkan pemahaman akan materi yang dibahas. Dan dalam percobaan ini sebaiknya dilakukan oleh probandus yang benar-benar memiliki kriteria yang sesuai untuk melakukan uji. Probandus sebaiknya tidak harus berasal dari praktikan, namun orang lain yang memiliki kriteria yang mendukung, sehingga apa yang diujikan sesuai dengan apa yang diinginkan.


DAFTAR PUSTAKA

Campbell N.A., Jane E., dan Lawrence G. 2005. Biologi, Edisi kelima Jilid III. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Doctorology, 2009. http://doctorology.net/wp-content/uploads/2009/03/eye.jpg. Diakses 3 April 2010.

Fox S.I. 2004. Human Physiology eight edition. McGraw-Hill. New York

Hipusa, 2010.

http://www.hipusa.com. Diakses 14 April 2010.

Kucera P., Goldenberg Z., Kurca E. 2008. Sympathethic skin response : review of the method and its clinical use. Bratisl Lek Listy; 105 (3): 108-116.

Mas’ud I. 2000. Sinopsis Faal Sistem. UM press. Malang

Noback dan R.J. Demarest. 1982. Basic Principles of Neurology. Prentice-Hall. New York.

Pearce E. 1991. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.

Pearce dan Evelyn C. 2005. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar